Budi Yuniarsa

Budi Yuniarsa
Penulis Buku :Seri Paradigma Baru, harta vs Aset, Kaya atau Makmur, Pilih Mana?

Selasa, 04 Agustus 2009

JILID 3. “Jaket Penulis” Apaan Tuh? (Catatan penulis 5 bulan, 3 kali cetakan)

Mungkin cerita ini bisa ada manfaatnya...bagi yg mau belajar menulis dan berhadapan dengan Penerbit berskala besar (Gramedia grup)..
Semoga bermanfaat...

JILID 3.
“Jaket Penulis” Apaan Tuh? (Catatan penulis 5 bulan, 3 kali cetakan)

Hal.1

Saya bukan apa-apa...pada awalnya..
Presentasi dimulai jam 11.00. Ternyata saya berhadapan dengan seorang wakil direktur, 2 orang Marketing, 3 orang Editor dan seorang Cover Designer. Karena saya tidak pernah memiliki pengalaman berhadapan dengan penerbit, saya pikir inilah prosesnya. Kemudian saya meminta Projector untuk mempresentasikan materi yang sudah saya persiapkan di dalam laptop saya. Materi yang menjelaskan secara garis besar tentang buku saya dan bagaimana pasar akan membelinya. Saya membuat sebuah rencana untuk memasarkan dan menjual bku saya. Seperti yang saya tulis dalam buku saya, apapun latar belakang kita jika ingin sukses, ujung2nya minimal kita harus belajar bagaimana tentang menjual.

Saya bukan apa-apa…pada awalnya
Presentasi berlangsung 45 menit, sebuah waktu standar untuk mempresentasikan sebuah materi. Kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh editor, CD, bagian marketing dan terakhir oleh Wakil direktur Elex. Pertanyaan-pertanyaannya antara lain, Mengapa orang harus membeli buku saya? Apa manfaat pembaca dari buku saya? Dan siapa yang akan membeli buku saya?
Berdasarkan buku-buku yang say abaca tentang tekhnik-tekhnik Presentasi dan Negosiasi, kita harus menjawab pertanyaannya adalah dari sudut pandang mereka (penerbit dan pembaca). Keyakinan saya pada waktu itu adalah kegagalan para penulis mencoba meyakinkan penerbit dari sudut pandang dan ngotot dengan idealismenya.
Idealisme itu baik, tetapi tidak tepat jika kita membangunnya dari awal. Dapatkan dahulu kesempatan, kemudian wujudkan idealisme kita.

Saya bukan apa-apa.. pada awalnya…
Presentasi dan tanya jawab yang berlangsung kurang lebih 1,5 jam ditutup dengan makan siang bersama. Saya diminta menunggu dan berdiskusi ringan dengan salah seorang staf elex. Sementara saya sedang berdiskusi dengan seorang staf tadi, sang wakil direktur dan peserta presentasi lainnya keluar untuk mendiskusikan hasil presentasi saya. Karena saya belum diminta untuk pulang dan merasa asyik diskusi dengan staf tersebut, tak terasa waktu berjalan sampai jam 15.00. Tiba-tiba masuklah Bapak Wakil direktur Elex, seorang staf editor dan seorang staf marketing. Beritanya adalah…………..

Saya bukan apa-apa...pada awalnya
Beritanya adalah..”Mas buku anda kami terima dan dapat kami terbitkan, kami akan mencoba menyesuaikan dengan jadwal rencana penjualannya mas Budi. Kami serahkan kontraknya dan silahkan dipelajari”, demikian jawaban dari Wakil direktur Elex.
Dengan muka bingung, heran dan sekaligus gembira, saya tidak tahu apa yang harus saya katakan dan lakukan pada saat itu. Hanya pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak saya, Apa memang seperti ini prosesnya? Mengapa begitu cepat? Mengapa cerita orang berbeda dengan yang saya alami? Ini keberuntungan atau memang saya sudah melakukan yang terbaik? Dan yang paling membuat saya gugup adalah, Apakah saya bisa mewujudkan apa yang saya presentasikan dengan kondisi saya sekarang ini? Saya kan bukan penulis atau tokoh terkenal? Saya kan baru menulis satu buah buku? Apakah 10.000 eksemplar dapat saya wujudkan dalam 1 tahun?....

Saya bukan apa-apa..pada awalnya..
Bisa dibayangkan pada saat saya membaca kontrak, tetapi pikiran saya melambung kemana-mana untuk mempertanyakan dan mencari jawabannya. Hampir 15 menit saya terbengong-bengong membaca kontrak dan pikiran melayang tersebut. Pikiran itu akhirnya terhenti dengan satu kalimat yang saya ingat dan lewat dibenak saya,”Tindakan lebih penting daripada berpikir”…Aha….coba saja dulu, orang gagal adalah orang yang tidak pernah mau mencoba, bukan orang yang melakukan kesalahan. Kesalahan adalah proses kesempurnaan dan kedewasaan.

Saya bukan apa-apa…pada awalnya
Tindakan yang pertama saya lakukan adalah menandatangani kontrak tersebut tepat jam 16.00. Saya tidak berpikir apapun tentang isi kontrak, saya hanya percaya dan akan berusaha untuk menjadi mitra penerbit yang terbaik. Saya akan buktikn bahwa buku saya akan menjadi bagian buku dan berada dalam Rak “Best Seller” di Toko buku. Kita harus merencanakan dan melakukan yang terbaik untuk pencapaian tersebut, apapun yang terjadi.

Saya bukan apa-apa.. pada awalnya…
Sungguh mengejutkan memang, buku saya dapat diedit kurang lebih satu bulan dan tersedia di Toko buku tanggal 1 September 1008 atau 2 bulan sejak saya menyerahkan naskah awal. Dan menurut salah seorang staf Elex, hal ini mungkin yang pertama kali terjadi di Elex, menurut sepengetahuannya. Buku yang sedikit sekali mengalami proses edit. Termasuk proses pembuatan cover buku yang sudah saya berikan idenya kepada Cover Designer. Hal ini mungkin karena proses edit sudah saya lakukan dari pembelian edisi fotocopian yang dilakukan oleh teman-teman dan keluarga saya.

Saya bukan apa-apa...pada awalnya…
Lima bulan sudah buku saya berjalan, sejak diterbitkan dan saya menulis perjalanan menulis ini. 3 kali cetakan atau kurang lebih 10.000 eksemplar akan terlampaui diatas target waktu yang telah ditentukan 1 tahun. Apakah ini keberhasilan pemasaran saya atau memang bukunya yang bagus? Saya belum bisa menjawabnya sampai sekarang dan mungkin terlalu dini untuk menjawabnya? Laskar Pelangi, buku Novel yang fenomenal hampir saja ditarik peredarannya, karena tidak laku penjualanya selama hampir 2 tahun sejak diterbitkan pertama kali. Dan fenomena penjualannya terjadi justru pada tahun ketiga.

Saya bukan apa-apa.. pada awalnya…
Perjalanan saya dari satu took Gramedia ke Gramedia lainnya di Jakarta, Bandung, Cirebon, Tasikmalaya dan Pangkal Pinang, ditambah media promosi melalui internet, ternyata membuahkan hasil 3 kali cetakan. Bagaimana kalo saya betul-betul maksimal dapat melakukannya di 100 cabang toko Gramedia?. Keterbatasan waktu dan biayalah yang membuat saya terhenti hanya di 5 kota itu saja. Tetapi saya yakin saya akan dapat melanjutkannya nanti, mungkin besamaan dengan buku kedua saya saya yang sedang dalam proses pengerjaan.

Saya bukan apa-apa…pada awalnya
Perjalan menulis ini saya beri judul “ Jaket Penulis” Apaan tuh?, sebuah judul yang nyeleneh, yang mencoba mengingatkan diri saya untuk membuat dan melakukan sesuatu dengan perencanaan yang baik. Jaket adalah alat untuk menjaga diri kita dari angin dan rasa dingin. Makna yang didapat adalah mungkin kita harus mencegah dan merencanakan apa yang akan kita lakukan.
Tulisan ini bukan untuk mengajarkan pembaca untuk menulis yang baik atau promosi training menulis buku. Tulisan ini saya buat hanya untuk menceritakan pengalaman saya yang semoga dapat memberikan inspirasi kepada pembacanya untuk mulai menulis. Saya mempunyai visi bahwa akan banyak penulis-penulis baru Indonesia yang muncul dan akan mengisi kazanah ilmu di Indonesia. Saya sangat yakin bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang pintar dan kreatif. Kepintaran kreatifitas tersebut diharapkan dapat ditularkan dengan cara menuliskannya dalam bentuk buku, apapun latar belakang dan profesi kita. Kadangkala ide atau gagasan dalam kehidupan muncul dari ketidaksengajaan, keisengan bahkan kekonyolan.

Jadi mengapa kita tidak mulai menulis?...

The End

Tunggu tulisan saya berikutnya...Salam Aset..Makmur

KUMPULAN TESTIMONI TEMAN-TEMAN DAN REKAN-REKAN YANG MEMBACA DAN MENDUKUNG BUKU SAYA….
Terima kasih…

Beberapa testimony :
Dari:
"Aries Umar Latitu"
Melihat detail kontak
Kepada:
aa_budiyuniarsa@yahoo.com
assalamu'alaikum wr wb

pak budi, perkenalkan nama saya aries umar latitu angkatan 07 jurusan menejemen kewirausahaan di IBII, kemarin bapak ngisi kuliah umum di IBII tentang "new paradigm". saya baru kali ini terbuka pemikirannya, sebelumnya saya tidak terpikirkan tantang masa depan saya, yang saya pikirkan hanyalah bagaimana saya harus membangun bisnis mulai dari sekarang tapi tanpa ada semangat yang menuntut saya untuk segera bertindak.

Dian Ariyanti menulis jam 20:01
thx juga... bukunya terdengar menarik..

Nanang Supena menulis jam 0:33
Sukses brother, kapan bukunya yg baru terbit lagi, oc maju terus sukses

Debi Imelda menulis jam 22:31
Bud... pa ' kbr Pak.. temen2 mu byk yg jd temen2 ku jg yaa.. si Nadya itu istrinya temen suamiku tuh....!!! he.he..he ( boleh tuh bukunya kirim satu ke aku donk he...he..cari gratisan)

Aries Rayaguna Prima menulis jam 21:41
Salam kenal juga, Mas Budi. Makmur!

Iman Firmansyah menulis jam 20:31
salam makmur juga... aku belum baca bukunya tuh

Aiman Witjaksono menulis jam 20:26
Ini baru salam :)
Salam Aset…Makmur

Yan Kusuma Ekawati menulis jam 17:39
salam kenal mas, saya eka dr ibii angk. 97. selamat buat bukunya, smg tambah sukses. kebetulan saya kerja di percetakan Dian rakyat mas, barangkali ada yg bs dibantu

Yusuf Paulus menulis jam 1:25
Met kenal juga Mas,
saya pilih aset dan makmur :-)

Bambang Iman Santoso menulis jam 9:13
Wuahh... supprise3x & takjub...
Maaf klo kelamaan sy approved nya ya mas..
Salam kenal jg ...

Believed or not:
sy beli buku ini tanpa sadar, di antara sebelum approved & sesudah liat request mas Budi di FB (sy tadinya ga mau approve, habisnya ga ada gmbr mukanya, cuma buku doang..hehehe..)..
Berarti promonya efektif tuh .. hehehe ... (krn tanpa ... Baca Selengkapnyasdr gmbr buku itu ternyata dah masuk ke alam pikiran bwh sdr sy... wueleh3x..)

FYI: Kemarin sore sy minta slh satu temen kantor sy untuk hubungi mas Budi (namanya Eddy), kalo2x aja bisa bantuin jd pmbcr di seminar yg Insya Allah kami adakan dalam waktu dekat (sekitar Februari)... Emang sih ga semata2x komersiil.., tp jauh lebih bantuin jg institusi pendidikan yg kami tuju...

Tks.

Wass

Isabelle Gomez menulis jam 11:49
Oh okay. That's nice of you. You maintain your own style. I'm a programmer at the University of Johannesburg in South Africa

Ella Miranda (Indonesia) menulis
pada 9:51 besok
Makasih juga....aku juga kayaknya beruntung banget bisa kenalan ama Penulis nih, temanya juga pas lagi ama kondisiku sekarang yg lagi niat banget jadi orang kaya...so gimana nih dapetin bukunya kalo di Gramed dah habis ?

Neneng Rochmiyati Rachman
Hari ini jam 16:43
itu semua yg ada di list mutual friends FB ini semua al: santi, robby, devril, wita, semuanya itu deh ga perlu 1 satu. kalo sukses gitu penjualannya sampe abis stock heeebabbat

Dapatkan Di Toko Buku-Toko Buku terkenal seperti Gramedia, Gunung Agung, Leksika, Online Book Store, Jaringan Penjualan Buku dan lain sebagainya.

Rabu, 04 Februari 2009

"JAKET PENULIS", Apaan Tuh? (catatan Penulis, 5 bulan cetakan ke-3)

JILID 2.

Saya bukan apa-apa...pada awalnya
Keyakinan saya waktu menunggu penantian presentasi di penerbit Elexmedia adalah pesanan fotocopy draft buku saya. Mereka berani membeli 30.000 rupiah untuk penganti uang fotocopy. Kurang lebih 100 fotocopian telah tersebar. Sewaktu saya tanyakan komentar mereka, mereka menjawab,"Saya baru mengerti tentang Aset dari sudut pandang pribadi, setelah baca buku mas Budi".
Mungkin kalau orang yang berkomentar itu adalah seorang yang berpendidikan minimal SMA, tidak menimbulkan keyakinan pada saya. Tetapi yang membuat saya yakin adalah seorang yang bernama H. Mastur, seorang Betawi berumur 60 tahun dan tidak lulus SD (kelas 3). Beliau saya anggap seperti seorang Bapak bagi saya dan kebanggaan serta pemebelajaran saya dari beliau adalah keinginannya untuk tidak berhenti belajar pada usia senja. Sekarang beliau dapat memahami aset dan berdiskusi dengan orang-orang yang berpendidikan. Jadi sekolah adalah bukan jaminan bahwa seseorang memiliki ilmu dan mau belajar. Belajar tidak sama dengan sekolah. Tetapi sekolah adalah salah satu bagian tempat belajar. Belajar adalah sebuah keinginan tanpa henti dari diri sendiri untuk mengetahui sesuatu bagi kehidupan kita. Belajar adalah pada saat "melakukan", bukan pada saat menerima". Artinya, tidak ada kata "Berhenti" untuk belajar di kehidupan kita, karena hidup adalah "melakukan". Salah satu cara melakukan belajar adalah dengan membaca buku.

Saya bukan apa-apa...pada awalnya
Buku, banyak orang menilai bahwa buku adalah sekumpulan lembaran kertas yang berisi tulisan-tulisan yang memusingkan mereka. Sering saya mendengar,"saya mau belajar, tapi kalau disuruh baca buku saya males dan tidak suka membaca". Buku garatisanpun mungkin tidak akan mereka baca serta bermanfaat, kalau sudah males dan tidak suka baca buku.
Buku, banyak orang menilai bahwa membeli buku adalah biaya, biaya yang tidak perlu. Ada juga orang yang berpikir bahwa buku adalah spekulasi, "kalau buku gw beli bagus gw untung, kalau jelek gw rugi". Kadang saya bertanya,"Mengapa kita tidak berpikir bahwa membeli buku adalah Investasi?". Ilmu yang dapat kita serap dari buku dapat bermanfat bagi kehidupan dan masa depan kita. Buku adalah gudangnya informasi dan solusi. Kita terlalu sering memberi makan "Leher kebawah", tetapi lupa memikirkan memberi makan "Leher keatas". Tidak ada buku yang jelek, yang ada seberaoa banyak kita melakukan sesuatu dalam kehidupan?. Karena kalau kita banyak melakukan, kita akan tahu seberapa bagus itu buku. Semua ini adalah masalah PARADIGMA.
Orang seharusnya melhat keilmuan seseorang dari buku-buku yang dia baca, bukan dari sekolahnya atau seberapa tinggi dia sekolah. Sekolah adalah tempat melakukan banyak kesalahan, dan kita tahu tempat bertanya atau ditegur kesalahan kita dari seorang guru. Apa lacur, budaya di Indonesia, sekolah adalah tempat dimana kita harus benar. Guru kita akan marah, jika kita melakukan kesalahan, bukan mendidik kita untuk memahami apa makna kesalahan dan mencari kebenaran serta solusinya. Kesalahan atau kegagalan adalah proses seseorang menjadi dewasa, sebelum dia berhadapan dengan sekolah yang lebih besar yaitu kehidupan bermasyarakat. Sekali lagi inilah Paradigma.

Saya bukan apa-apa...pada awalnya
Persiapan saya selama semingu menunggu hari H adalah mencari buku dan bertanya dengan orang yang pernah berhasil presentasi dengan penerbit. Padahal setelah menjadi penulis, saya baru tahu ada sekolah/kursus yang menyediakan semua fasilitas seperti latihan cara menulis, mempersiapkan presentasinya, berhubungan dengan penerbit dan sebagainya. Saya menyesal tidak membaca buku dan mencari informasi mengenai ini. Jika kita tahu informasi ini sejak awal, mungkin saya dapat memangkas waktu lebih cepat.
Hari H telah tiba. Saya datang ke kantor Gramedia pusat di jalan Palmerah jam 11.00 siang. Gedung yang megah dan membuat saya deg-degan. Teman saya yang belum memiliki penerbit sebesar ini sudah menolak saya, bagaimana dengan penerbit sekelas Elexmedia (Gramedia Grup)?
Saya coba menarik nafas dalam-dalam dan melangkahkan kaki lebih cepat, supaya otak saya ini tidak memikirkan yang lain-lain selain fokus pada apa yang akan saya presentasikan. Sambil mengafirmasi diri dengan mengatakan pada diri sendiri,
"Emang gw mati kalau ditolak mereka?"

Saya bukan apa-apa...pada awalnya
Saya Menunggu di lobi kurang lebih 5 menit, karena mereka harus mempersiapkan ruang dan orang-orangnya. Kemudian saya diundang masuk kedalam sebuah ruang rapat. Terkejut, ini kata pertama yang tersirat dalam diri saya. Ruang rapat dipenuhi kurang lebih 7 orang. Apakah mereka penulis yang dikumpulkan sekalian dengan saya? Apakah mereka...siapa?

Tunggu tulisan saya berikutnya...Salam Aset..Makmur

Rabu, 28 Januari 2009

"JAKET PENULIS", Apaan Tuh? (catatan Penulis, 5 bulan cetakan ke-3)

Jilid 1:

Saya bukan apa-apa...pada awalnya
Bulan februari 2008 saya hanya merenung,"apa yang dapat saya wariskan dan bermanfaat bagi anak cucu saya, jika umur saya tidak panjang?"
Aha'''''Saya nulis apa aja yang ada dipikiran saya. Mulalilah saya menulis dengan cara yang sederhana yaitu mendisiplinkan diri untuk meluangkan waktu 1 jam dalam sehari untuk menulis. Saya mulai membuat tema-tema yang ingin saya buat. Setiap saya mendapat informasi, ide maupun data saya mulai masukan kedalam tulisan saya berdasarkan temanya. Hasilnya bisa satu halaman, dua, tiga, bahkan bisa 3 bab dalam semalam jika mood-nya lagi keluar.Draft buku yang tadinya saya targetkan dalam setahun baru jadi..malah selesai dalam 2 minggu.He..he..he..ternyat
a benar lebih baik buat target daripada tidak sama sekali.
Saya Print hasil kerja saya dan saya bagikan kepada teman-teman dan keluarga. luar biasa mereka menanggapinya dengan begitu antusias. Ini yang namanya "Peluang", terutama setelah seseorang rekan saya yaitu seorang yang berusia 58 tahun, seorang Haji yang tidak pernah lulus SD dapat memahami Aset setelah membaca buku saya. Beliau dapat berdiskusi dengan orang-orang yang notabene sudah menyelesaikan kuliah S1, bahkan ada yang S-2. Inikah yang namanya ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak? Inikah yang dikatakan oleh Bob Sadino? Bahwa pendidikan yang terlalu tinggi malah membuat pembatas terhadap peluang apa yang disiapkan dunia.
Saya baru memahami, mengapa pak Bob selalu mengatakan bahwa membangun usaha tidak perlu pendidikan yang tinggi, tetapi hanya perlu langsung "BERTINDAK". Ternyata hal yang beliau katakan dengan caranya seolah antipati dengan pendidikan adalah benar. Beliau tidak bermaksud untuk menyatakan bahwa pendidikan tidak penting, tetapi pendidikan yang terlalu tinggi sekarang, kadang membuat orang memiliki Arogansi Akademis dan cenderung mengkotak-kotakan orang, sehingga tidak mau melihat peluang yang ada di sekitarnya. Alasan orang berpendidikan tinggi biasanya pada saat melihat peluang emmbuat alasan tidak dapat menjalankan karena tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan saya, tidak punya kemampuan dengan itu dan banyak alasan lainnya. Tapi menurut saya berarti kalau orang yang berpendidikan tinggi seharusnya lebih baik daripada yang tidak berpendidikan tinggi. Bukan persoalan BISA atau TIDAK BISA. Menurut saya sebenarnya sejatinya sebuah pendidikan adalah membuat orang melihat peluang lebih banyak dan menyikapi peluang tersebut dengan tepat, bukan membatasinya. Siapaun bisa mendapatkan peluang, jika orang tersebut tetap mau BELAJAR (tidak harus selalu sekolah,red).

Saya bukan apa-apa..pada awalnya
Melihat orang antusias dengan draft buku saya..aha...ini ada peluang. Munculah ide/gagasan saya untuk mengirimkan pada penerbit. Tapi apa mau ga yah penerbit menerima buku saya? laku ga nanti buku saya?...Keraguan..ini ciri khas manusia yang membuat manusia harus lebih baik dalam berbuat, bukan takut...
Gagasan atau ide tersebut saya bayangkan bahwa seolah-olah buku saya itu laku dipasaran. Orang-orang akan datang ke toko buku membeli buku saya. Saya bayangkan bahwa buku saya adalah buku yang dibutuhkan oleh masyarakat, karena saya yakin bahwa Aset adalah sesuatu yang fundamental atau hal yang mendasar dibutuhkan oleh setiap manusia. Setiap manusia pasti membutuhkan aset. Itulah Visi yang saya tanamkan dalam benak saya.
Juni saya tawarkan kepada seorang teman saya yang mengelola sebuah penerbit yang sedang berkembang, dengan harapan "masa temen ga akan membantu temannya?"...hasilnya "GAGAL" teman sayalah yang pertama menolak dan memberikan kritik bahwa buku saya terlalu berat, gaya tulisannya belum bagus, editor juga ga mau ngedit, dan akan sulit laku dipasaran...Apalagi saya bukan penulis terkenal, bukan tokoh terkenal, bukan orang yang mampu membayar ongkos cetakan sendiri dan banyak kritik yang membuat saya cukup alasan untuk tidak jadi menuliskan buku dan menjadi penulis. "Apakah saya harus mempercayai teman saya?" jawabannya adalah "TIDAK"
Saya hanya percaya pada "Allah" dan kata hati saya menyatakan "Jalan Terus, Bud...cari jalan lain, emangnya cuma lewat situ kamu bisa mencapai impian/visimu. Jangan biarkan seorangpun mencuri IMPIAN/VISI kamu"
Dengan penolakan yang menjadi sumber amunisi atau bensin bagi motivasi saya, saya coba untuk menawarkan ke tiga penerbit, salah satunya Elexmedia Komputindo (Gramedia Grup). Satu penerbit awalnya menolak, satu lagi tidak memberikan kepastian yang jelas, tinggal satu penerbit lagi.
Tiga hari kemudian telepon saya berdering dari Elexmedia, saya diminta datang satu minggu kemudian.
Bisa ga yah?...perang argumentasi antara si Yakin dan si Ragu di dalam diri saya mulai terjadi menunggu penantian satu minggu menjelang presentasi di Elexmedia? Apa yang harus saya lakukan yang terbaik dan dapat diterima penerbit? Kesalahan apa yang terjadi kemarin sehingga saya ditolak, dan saya tidak boleh lakukan lagi? Mana yang harus saya Pilih? Si Ragu atau si Yakin? karena saya yakin HIDUP ADALAH PILIHAN...

Saya bukan apa-apa...pada awalnya
Saya lanjutkan minggu depan....

Sabtu, 17 Januari 2009

Ringkasan Buku Seri Paradigma Baru, Harta vs Aset, Kaya atau Makmur, Pilih Mana?

Jika kita rangkum garis besar buku Seri Paradigma Baru, Harta vs Aset, Kaya atau Makmur, Pilih Mana? ini sebenarnya memberikan satu INFORMASI untuk direnungkan supaya kita memiliki PARADIGMA BARU, yaitu;
“Setiap manusia harus berani ber-INVESTASI HARTA/ASET yang KELIHATAN dan atau TIDAK KELIHATAN (INTANGIBLE and or TANGIBLE PROPERTY/ASSET) dan mengambil KEPUTUSAN memiliki IMPIAN yang jelas, SIKAP yang tepat, terarah, PROFESIONAL dan perilaku SUKSES dengan PARADIGMA ASET, untuk menjadi ORANG MAKMUR (WEALTHY) dalam kelompok MINORITAS manusia, dengan prioritas pengelolaan keuangan pribadi (PERSONAL CASH FLOW) POLA KANAN (KUADRAN KANAN) atau KOMBINASI POLA pengelolaan, serta meng-AKTUALISASIKAN (SELF ACTUALIZATION) KEBEBASAN WAKTU dan FINANSIAL (HAVE TIME and HAVE MONEY) DIRI-nya, demi menikmati konsep KESEIMBANGAN HIDUP (DUNIA dan AKHIRAT) yang BERKUALITAS dengan prinsip MEMBERI, MEMBERI, dan MEMBERI (GIVE, GIVE, and GIVE)”.

Entri Populer